Seks merupakan hiburan yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan.
Namun ketidakmampuan pasutri untuk mengimbangi permainan pasangannya
kerap menimbulkan perasaan tak nyaman yang bila dibiarkan terus
berlanjut akan berkembang menjadi konflik.
Sejatinya masalah seksual harus segera ditanggulangi. Mungkin kita sering mendengar mengenai tingginya hasrat seksual seorang suami, namun bagaimana jika hal itu dialami oleh seorang istri?
Ada beberapa kemungkinan, mengapa seorang istri amat membara hasrat seksualnya, padahal suaminya cukup puas dengan frekuensi dan proses seksual yang dialaminya.
1. Permintaan istri yang menggebu, bisa karena dia tidak mencapai orgasme atau misorgasm. Ternyata keadaan ini justru sering dialami istri dan malahan menempati urutan pertama dari keluhan istri, sehingga 60%-90% dari pasturi.
Wajar jika istri selalu menuntut “jatahnya” yang jarang dilunasi oleh sang suami, sehingga sang suami kedodoran untuk memenuhinya. Terkadang dialami oleh beberapa istri yang dituduh oleh suaminya mengalami hiperseks, sehingga dianjurkan untuk beronsultasi kepada ahlinya, bukan suami yang berusaha untuk mengevaluasi diri.
Padahal mungkin saja sang suami menderita ejakulasi dini atau kurang ahli dalam hal rangsangan. Ketidakcakapan perilaku seksual menyebabkan suami dengan sengaja mempercepat hubungan intim. Akibatnya tejadi missorgasm atau nyeri bagi wanita saat melakukan hubungan intim, karena Miss V belum dalam keadaan siap dieksplorasi oleh Mr P.
2. Sebuah laporan menyebutan bahwa puncak frekuensi hubungan intim pasutri tertinggi pada suami ialah sekitar umur 30-35 tahun, dan pada istri sekitar 40 tahun. Tetapi, kenyataan di masyarakat tidak demikian. Kerap kali gairah seksual lenyap sebelum waktunya akibat kekecewaan yang dialami. Namun, kemungkinan kecil lain menyatakan wanita mempunyai gairah yang berlebihan. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu kepekaan terhadap hormon atau stimulan lainnya, atau adanya kelainan di otak yang merupakan organ seks terbesar.
3. Ada kelompok wanita yang selalu mampu menikmati hubungan intim, dan senantiasa mencapai orgasme bahkan hingga beberapa kali atau multiple orgasm. Bisa juga dikarenakan suami yang dapat mengimbangi dengan memperpanjang permainan sebelum orgasme, tapi masih dapat mengendalikan diri. Menurut para ahli, pemeriksaan diri secara teratur ke dokter atau psikiater merupakan jalan terbaik memecahan permasalahan ini. Setelah dilakukan analisa dan wawancara maka tahap awal dapat diketahui gejala kejiwaan atau fisik. Apabila sang istri mengalami hiperseks, tindakan yang harus diambil salah satunya melalui pengobatan intensif oleh ahli jiwa atau psikiatris, karena salah satu gangguan seks yang dialami oleh wanita lebih bersiifat kejiwaan.
Langkah selanjumya dilakukan tes laboratorium. Dari hasil tes terebut maka penanganan selanjutnya oleh psikiater melalui penambahan beberapa obat untuk meredakan hiperseksual pasangan. Janganlah membeli obat di luar resep dokter. Obat yang biasa dijual di pasaran seperti viagra belum tentu adalah obat kuat yang dianjurkan oleh psikiater karena banyak obat serupa mengandung khasiat yang dipertanyakan. Sebagai informasi, 90% dari obat-obatan semacam viagra dan sejenisnya belum terbukti berkasiat secara medis bagi ativitas seksual Anda. Pengobatan intensif selain dengan obat-obatan dapat dilakukan dengan psikoterapi. Penanganan dimulai dari ejukasi maupun rejukasi yang dilihat dari hasil wawancara yang sebeluwya telah dilakukan. Dari hasil tes itulah baru akan terlihat kondisi yang sebenarnya dan bagaimana cara untuk mengatasinya.
Sejatinya masalah seksual harus segera ditanggulangi. Mungkin kita sering mendengar mengenai tingginya hasrat seksual seorang suami, namun bagaimana jika hal itu dialami oleh seorang istri?
Ada beberapa kemungkinan, mengapa seorang istri amat membara hasrat seksualnya, padahal suaminya cukup puas dengan frekuensi dan proses seksual yang dialaminya.
1. Permintaan istri yang menggebu, bisa karena dia tidak mencapai orgasme atau misorgasm. Ternyata keadaan ini justru sering dialami istri dan malahan menempati urutan pertama dari keluhan istri, sehingga 60%-90% dari pasturi.
Wajar jika istri selalu menuntut “jatahnya” yang jarang dilunasi oleh sang suami, sehingga sang suami kedodoran untuk memenuhinya. Terkadang dialami oleh beberapa istri yang dituduh oleh suaminya mengalami hiperseks, sehingga dianjurkan untuk beronsultasi kepada ahlinya, bukan suami yang berusaha untuk mengevaluasi diri.
Padahal mungkin saja sang suami menderita ejakulasi dini atau kurang ahli dalam hal rangsangan. Ketidakcakapan perilaku seksual menyebabkan suami dengan sengaja mempercepat hubungan intim. Akibatnya tejadi missorgasm atau nyeri bagi wanita saat melakukan hubungan intim, karena Miss V belum dalam keadaan siap dieksplorasi oleh Mr P.
2. Sebuah laporan menyebutan bahwa puncak frekuensi hubungan intim pasutri tertinggi pada suami ialah sekitar umur 30-35 tahun, dan pada istri sekitar 40 tahun. Tetapi, kenyataan di masyarakat tidak demikian. Kerap kali gairah seksual lenyap sebelum waktunya akibat kekecewaan yang dialami. Namun, kemungkinan kecil lain menyatakan wanita mempunyai gairah yang berlebihan. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu kepekaan terhadap hormon atau stimulan lainnya, atau adanya kelainan di otak yang merupakan organ seks terbesar.
3. Ada kelompok wanita yang selalu mampu menikmati hubungan intim, dan senantiasa mencapai orgasme bahkan hingga beberapa kali atau multiple orgasm. Bisa juga dikarenakan suami yang dapat mengimbangi dengan memperpanjang permainan sebelum orgasme, tapi masih dapat mengendalikan diri. Menurut para ahli, pemeriksaan diri secara teratur ke dokter atau psikiater merupakan jalan terbaik memecahan permasalahan ini. Setelah dilakukan analisa dan wawancara maka tahap awal dapat diketahui gejala kejiwaan atau fisik. Apabila sang istri mengalami hiperseks, tindakan yang harus diambil salah satunya melalui pengobatan intensif oleh ahli jiwa atau psikiatris, karena salah satu gangguan seks yang dialami oleh wanita lebih bersiifat kejiwaan.
Langkah selanjumya dilakukan tes laboratorium. Dari hasil tes terebut maka penanganan selanjutnya oleh psikiater melalui penambahan beberapa obat untuk meredakan hiperseksual pasangan. Janganlah membeli obat di luar resep dokter. Obat yang biasa dijual di pasaran seperti viagra belum tentu adalah obat kuat yang dianjurkan oleh psikiater karena banyak obat serupa mengandung khasiat yang dipertanyakan. Sebagai informasi, 90% dari obat-obatan semacam viagra dan sejenisnya belum terbukti berkasiat secara medis bagi ativitas seksual Anda. Pengobatan intensif selain dengan obat-obatan dapat dilakukan dengan psikoterapi. Penanganan dimulai dari ejukasi maupun rejukasi yang dilihat dari hasil wawancara yang sebeluwya telah dilakukan. Dari hasil tes itulah baru akan terlihat kondisi yang sebenarnya dan bagaimana cara untuk mengatasinya.
0 komentar:
Posting Komentar