Seks yang sehat ditandai dengan tercapainya orgasme pada kedua belah pihak. Bagaimana caranya?
Orgasme adalah puncak atau titik kepuasan dari suatu aktivitas seksual. Hubungan seksual yang normal melewati beberapa fase, mulai fase perangsangan, fase intercourse dan orgasme, sampai fase afterplay setelah orgasme. Enggak ada orgasme yang tiba-tiba muncul. Pada wanita, orgasme bisa terjadi berkali-kali dalam waktu yang berdekatan, tanpa melalui fase penurunan (resolusi) yang umum. Sementara pada pria, setelah orgasme (ejakulasi), harus kembali melewati fase resolusi dan istirahat yang penuh untuk kembali ke fase perangsangan berikutnya. Pada saat orgasme, otot-otot yang sudah mengalami fase pengerasan pada saat perangsangan, menjadi rileks, yang berakibat muncul fenomena khusus berupa kenikmatan yang sangat pada orang tersebut. Pada wanita, umumnya orgasme tidak disertai ejakulasi, seperti pada pria. Namun, beberapa wanita, meski kecil jumlahnya, juga mengalami ejakulasi.
Wanita mengeluarkan cairan, yang prinsipnya keluar seperti pada pria saat ejakulasi. Kadang-kadang, kita seakan-akan merasa cairan yang keluar adalah cairan kencing, padahal sebetulnya bukan. Cairan ini diproduksi oleh kelenjar-kelenjar yang ada di sekitar alat kelamin wanita. Mungkin produksinya cukup banyak, sehingga saat orgasme, cairan itu keluar seakan-akan ejakulasi.
Faktor Fisik Dan Psikis
Pria lebih mudah mengalami orgasme ketimbang wanit. Penyebabnya faktor fisik dan psikis. Faktor fisik, karena sebagian besar alat kelamin wanita ada di dalam, sehingga wanita sendiri terkadang tak tahu daerah-daerah mana yang sebetulnya penting untuk aktivitas seksual mereka, daerah mana yang sensitif, daerah mana yang bisa menghasilkan rangsangan khusus yang bisa menghasilkan orgasme. Sementara alat kelamin laki-laki berada di luar, sehingga lebih mudah dirangsang. Keberhasilan orgasme juga ditunjang oleh faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik, apakah wanita terangsang secara keseluruhan organ seksualnya, dalm hal ini organ alat kelamin yang memiliki sensitivitas tinggi, seperti clitoris, G-spot, dan area sensual lain, di luar alat kelamin.
Faktor psikis misalnya apakah hubungan seks itu merupakan keinginan dari wanita itu sendiri. Seorang wanita yang tidak ingin mendapatkan kenikmatan dari hubungan seksual tidak akan bisa mendapatkan orgasme. Misalnya, ia tak suka pasangannya atau tidak suka hubungan seksual pada saat itu. Pria lebih mudah dirangsang karena alat kelamin di luar. Meski tidak suka, namun kalau dirangsang, pria akan ereksi. Jadi, meski secara psikis enggak bisa, namun secara fisik pria bisa.
Foreplay Lebih Lama
Grafik fase perangsangan pada pria juga lebih pendek, sehingga lebih cepat mencapai orgasme, sementara pada wanita lebih lama. Ada perbedaan yang cukup signifikan. Ibaratnya, pria itu mobil pakai bensin, sementara wanita mobil pakai diesel. Yang penting adalah bagaimana agar orgasme bisa terjadi bersama-sama.
Pasalnya, jika pria dan wanita memulai perangsangan di saat yang sama, wanita tak bakal mencapai orgasme bersama. Ini yang banyak terjadi pada pasangan suami-istri. Penelitian menunjukkan, hampir 60 persen wanita Indonesia belum merasakan orgasme dari pasangannya. Bisa jadi karena egoisme laki-laki, begitu orgasme lalu enggak perduli pada pasangannya. Atau barangkali karena wanita sendiri enggak tahu bahwa dia itu sebenarnya punya hak untuk orgasme dalam aktivitas seksual.
Bisa juga karena faktor budaya, dimana wanita menganggap melayani suami adalah kewajiban, tanpa dia merasa perlu merasakan apa-apa. Ini tentu salah, karena sebenarnya merupakan hak wanita. Agar bisa mencapai orgasme bersama-sama bisa dilakukan dengan beragam teknik. Misalnya dengan pemanasan (foreplay) lebih lama, sampai wanita siap. Atau, pria yang memanjangkan waktu perangsangannya. Ini bisa dilakukan dengan latihan, konsentrasi, dan sebagainya. Tentu juga dibutuhkan pengalaman dan pengetahuan untuk itu.
Orgasme adalah puncak dari suatu aktivitas seksual. Sama seperti target dalam hidup hehehe. Kalau target tak pernah tercapai, akibatnya bisa stres, tidak pede, dan berakibat munculnya penyakit. Sering pusing, sakit kepala, dan sebagainya. Begitu pun orgasme.
Kenali Daerah Erotis
Salah satu fase hubungan seksual adalah fase perangsangan. Nah, agar perangsangan bisa maksimal, pasangan sebaiknya juga mengenali erotic zone pasangannya. Erotic zone adalah daerah-daerah erotik pada tubuh, baik wanita maupun pada pria. Daerah alat kelamin jelas merupakan daerah sensitif, karena daerah ini penuh dengan saraf-saraf perangsang, termasuk G-spot pada wanita.
Biasanya, zona erotis pada pria dan wanita sama, misalnya daerah bibir, sekitar telinga, daerah sekitar leher, daerah sekitar buah dada, daerah puting susu, sekitar pusar, daerah sekitar alat kelamin, daerah sekitar paha bagian dalam, daerah belakang tumit dan betis.
Daerah-daerah ini termasuk daerah sensitif yang umum pada pria dan wanita. Namun, pada beberapa orang, ada juga daerah erotis khusus. Misalnya, sensitif jika dirangsang di daerah leher belakang.
Foreplay Dan Afterplay
Setiap hubungan seksual melewati beberapa fase, dari foreplay, intercourse, kemudian fase afterplay. Kaum pria biasanya hanya memikirkan intercourse-nya, sementara foreplay dilupakan, apalagi afterplay. Itulah sebabnya kenapa pria Indonesia sering disebut tidak romantis. Habis berhubungan, langsung tidur. Kalau dibangunkan, malah marah.
Foreplay sangat penting untuk mencapai pemanasan yang pas bagi wanita, sehingga pada saat intercourse, wanita sudah siap untuk orgasme. Berapa lama sebaiknya foreplay dilakukan, tentu berbeda-beda pada tiap pasangan. “Ada wanita yang mudah dirangsang, tapi ada pula yang butuh waktu lama. Pasangan sendirilah yang harus tahu.”
Sementara afterplay dilakukan untuk mendekatkan emosi antar-pasangan. Aktivitas seksualnya mungkin tidak banyak, bisa jadi hanya ngobrol dengan kata-kata romantis, tidak harus dengan tindakan. Atau dengan tindakan, seperti rabaan dan ciuman. Ini bisa dilakukan sejak awal, ketika menjadi pasangan baru. Afterplay penting, karena sebetulnya menjadi awal bagi foreplay, untuk memulai intercourse berikutnya.
Orgasme adalah puncak atau titik kepuasan dari suatu aktivitas seksual. Hubungan seksual yang normal melewati beberapa fase, mulai fase perangsangan, fase intercourse dan orgasme, sampai fase afterplay setelah orgasme. Enggak ada orgasme yang tiba-tiba muncul. Pada wanita, orgasme bisa terjadi berkali-kali dalam waktu yang berdekatan, tanpa melalui fase penurunan (resolusi) yang umum. Sementara pada pria, setelah orgasme (ejakulasi), harus kembali melewati fase resolusi dan istirahat yang penuh untuk kembali ke fase perangsangan berikutnya. Pada saat orgasme, otot-otot yang sudah mengalami fase pengerasan pada saat perangsangan, menjadi rileks, yang berakibat muncul fenomena khusus berupa kenikmatan yang sangat pada orang tersebut. Pada wanita, umumnya orgasme tidak disertai ejakulasi, seperti pada pria. Namun, beberapa wanita, meski kecil jumlahnya, juga mengalami ejakulasi.
Wanita mengeluarkan cairan, yang prinsipnya keluar seperti pada pria saat ejakulasi. Kadang-kadang, kita seakan-akan merasa cairan yang keluar adalah cairan kencing, padahal sebetulnya bukan. Cairan ini diproduksi oleh kelenjar-kelenjar yang ada di sekitar alat kelamin wanita. Mungkin produksinya cukup banyak, sehingga saat orgasme, cairan itu keluar seakan-akan ejakulasi.
Faktor Fisik Dan Psikis
Pria lebih mudah mengalami orgasme ketimbang wanit. Penyebabnya faktor fisik dan psikis. Faktor fisik, karena sebagian besar alat kelamin wanita ada di dalam, sehingga wanita sendiri terkadang tak tahu daerah-daerah mana yang sebetulnya penting untuk aktivitas seksual mereka, daerah mana yang sensitif, daerah mana yang bisa menghasilkan rangsangan khusus yang bisa menghasilkan orgasme. Sementara alat kelamin laki-laki berada di luar, sehingga lebih mudah dirangsang. Keberhasilan orgasme juga ditunjang oleh faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik, apakah wanita terangsang secara keseluruhan organ seksualnya, dalm hal ini organ alat kelamin yang memiliki sensitivitas tinggi, seperti clitoris, G-spot, dan area sensual lain, di luar alat kelamin.
Faktor psikis misalnya apakah hubungan seks itu merupakan keinginan dari wanita itu sendiri. Seorang wanita yang tidak ingin mendapatkan kenikmatan dari hubungan seksual tidak akan bisa mendapatkan orgasme. Misalnya, ia tak suka pasangannya atau tidak suka hubungan seksual pada saat itu. Pria lebih mudah dirangsang karena alat kelamin di luar. Meski tidak suka, namun kalau dirangsang, pria akan ereksi. Jadi, meski secara psikis enggak bisa, namun secara fisik pria bisa.
Foreplay Lebih Lama
Grafik fase perangsangan pada pria juga lebih pendek, sehingga lebih cepat mencapai orgasme, sementara pada wanita lebih lama. Ada perbedaan yang cukup signifikan. Ibaratnya, pria itu mobil pakai bensin, sementara wanita mobil pakai diesel. Yang penting adalah bagaimana agar orgasme bisa terjadi bersama-sama.
Pasalnya, jika pria dan wanita memulai perangsangan di saat yang sama, wanita tak bakal mencapai orgasme bersama. Ini yang banyak terjadi pada pasangan suami-istri. Penelitian menunjukkan, hampir 60 persen wanita Indonesia belum merasakan orgasme dari pasangannya. Bisa jadi karena egoisme laki-laki, begitu orgasme lalu enggak perduli pada pasangannya. Atau barangkali karena wanita sendiri enggak tahu bahwa dia itu sebenarnya punya hak untuk orgasme dalam aktivitas seksual.
Bisa juga karena faktor budaya, dimana wanita menganggap melayani suami adalah kewajiban, tanpa dia merasa perlu merasakan apa-apa. Ini tentu salah, karena sebenarnya merupakan hak wanita. Agar bisa mencapai orgasme bersama-sama bisa dilakukan dengan beragam teknik. Misalnya dengan pemanasan (foreplay) lebih lama, sampai wanita siap. Atau, pria yang memanjangkan waktu perangsangannya. Ini bisa dilakukan dengan latihan, konsentrasi, dan sebagainya. Tentu juga dibutuhkan pengalaman dan pengetahuan untuk itu.
Orgasme adalah puncak dari suatu aktivitas seksual. Sama seperti target dalam hidup hehehe. Kalau target tak pernah tercapai, akibatnya bisa stres, tidak pede, dan berakibat munculnya penyakit. Sering pusing, sakit kepala, dan sebagainya. Begitu pun orgasme.
Kenali Daerah Erotis
Salah satu fase hubungan seksual adalah fase perangsangan. Nah, agar perangsangan bisa maksimal, pasangan sebaiknya juga mengenali erotic zone pasangannya. Erotic zone adalah daerah-daerah erotik pada tubuh, baik wanita maupun pada pria. Daerah alat kelamin jelas merupakan daerah sensitif, karena daerah ini penuh dengan saraf-saraf perangsang, termasuk G-spot pada wanita.
Biasanya, zona erotis pada pria dan wanita sama, misalnya daerah bibir, sekitar telinga, daerah sekitar leher, daerah sekitar buah dada, daerah puting susu, sekitar pusar, daerah sekitar alat kelamin, daerah sekitar paha bagian dalam, daerah belakang tumit dan betis.
Daerah-daerah ini termasuk daerah sensitif yang umum pada pria dan wanita. Namun, pada beberapa orang, ada juga daerah erotis khusus. Misalnya, sensitif jika dirangsang di daerah leher belakang.
Foreplay Dan Afterplay
Setiap hubungan seksual melewati beberapa fase, dari foreplay, intercourse, kemudian fase afterplay. Kaum pria biasanya hanya memikirkan intercourse-nya, sementara foreplay dilupakan, apalagi afterplay. Itulah sebabnya kenapa pria Indonesia sering disebut tidak romantis. Habis berhubungan, langsung tidur. Kalau dibangunkan, malah marah.
Foreplay sangat penting untuk mencapai pemanasan yang pas bagi wanita, sehingga pada saat intercourse, wanita sudah siap untuk orgasme. Berapa lama sebaiknya foreplay dilakukan, tentu berbeda-beda pada tiap pasangan. “Ada wanita yang mudah dirangsang, tapi ada pula yang butuh waktu lama. Pasangan sendirilah yang harus tahu.”
Sementara afterplay dilakukan untuk mendekatkan emosi antar-pasangan. Aktivitas seksualnya mungkin tidak banyak, bisa jadi hanya ngobrol dengan kata-kata romantis, tidak harus dengan tindakan. Atau dengan tindakan, seperti rabaan dan ciuman. Ini bisa dilakukan sejak awal, ketika menjadi pasangan baru. Afterplay penting, karena sebetulnya menjadi awal bagi foreplay, untuk memulai intercourse berikutnya.
You might also like:
0 komentar:
Posting Komentar