Masalah orgasme pada perempuan adalah sesuatu yang rumit dan
misterius. Para peneliti sudah banyak melakukan penelitian mengenai
fenomena orgasme perempuan. Di antaranya, melakukan MRI scanning untuk
mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi pada otak perempuan pada
saat orgasme.
Dr Barry Komisaruk, penulis The Science Of Orgasm,
mengakui bahwa ada banyak hal mengenai seksualitas perempuan yang belum
sepenuhnya dipahami. Namun metode MRI scanner ini memberikan banyak
informasi. Misalnya saja, scanner tidak hanya menunjukkan area mana di
bagian otak yang aktif selama orgasme, tetapi juga bagian mana yang
tidak aktif. Terlihat juga bahwa perempuan mengalami orgasme secara
berbeda daripada pria.
“Salah satunya, orgasme perempuan ternyata
berlangsung lebih lama daripada pria, yang membuatnya lebih mudah untuk
dipelajari,” kata Dr Komisaruk.
Otak pria cenderung berfokus pada
stimulasi fisik yang dikaitkan dengan kontak seksual, namun kunci dari
gairah pada perempuan adalah kondisi yang rileks. Hasil scanning
menunjukkan bahwa selama bercinta, bagian dari otak perempuan yang
memproses rasa takut, kegelisahan, dan emosi, semakin rileks. Hal ini
mencapai puncaknya ketika orgasme, dimana kegelisahan dan emosi pada
otak perempuan secara efektif menutup untuk menghasilkan suatu keadaan
nyaris trance.
Fenomena yang terjadi saat perempuan orgasme
sungguh luar biasa. Detak jantungnya berlipat ganda, sensitivitasnya
pada rasa sakit berkurang, aliran darah ke otak meningkat, dan perasaan
senang, bahagia, dan cinta juga meningkat.
Menurut terapis seks
Paula Hall, perempuan butuh merasa rileks dan aman supaya dapat
berpasrah dan menikmati seks secara total. Jadi jika Anda tegang,
terlalu memikirkan bahwa Anda harus mencapai klimaks, hal itu bisa
mengacaukan kemampuan otak untuk mengalami orgasme.
Namun Paula
mengingatkan, seks itu juga melibatkan manusia lain, sehingga mencapai
orgasme sebenarnya bukan satu-satunya hal penting. “Jika Anda terlalu
berfokus pada bagaimana mencapai klimaks, dan membuat hal itu sebagai
tujuan utama, maka fokus Anda berdua bisa terpecah satu sama lain.
Akhirnya, seks menjadi sangat egois,” katanya.
Di lain pihak, Dr
Komisaruk mencoba untuk lebih melihat sisi positifnya. Baginya,
mendapatkan kenikmatan dari orgasme bisa menguatkan relasi pria dan
wanita, dan membuat seks menjadi lebih berarti. Dengan mengusahakan
orgasme dengan berbagai cara, perempuan juga tidak lantas diartikan
terlalu memikirkan diri sendiri. Bila itu membuat perempuan bahagia dan
lebih mencintai relasi berpasangannya, kenapa tidak?
Sumber: The Daily Mail, kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar